Judul: All You Need Is Love
Penulis: Fakhrisina Amalia Rovieq
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 240 halaman
Rating: ««
Blurb
Ketika hubungannya dengan Aiden berakhir, tanpa pikir panjang Katrina mengiyakan ajakan mamanya untuk terbang ke kampung halaman mereka di Skotlandia. Di negara yang indah itu Katrina berharap bisa melupakan kesedihannya.
Untuk pertama kali Katrina bertemu dengan keluarga besarnya. Ia mempunyai sepupu jauh yang tampan bernama Mac. Namun, entah kenapa Istas—kakak perempuan Mac—memusuhinya, tanpa Katrina tahu dimana letak kesalahannya. Tapi itu tidak menghentikan Katrina untuk semakin dekat dengan Mac.
Dan ternyata Skotlandia menyimpan misteri masa lalu yang tidak terduga. Tidak hanya indah, ada rahasia tersembunyi tentang Katrina di negara itu, juga tentang cerita cinta berlapis kota legenda!
Untuk pertama kali Katrina bertemu dengan keluarga besarnya. Ia mempunyai sepupu jauh yang tampan bernama Mac. Namun, entah kenapa Istas—kakak perempuan Mac—memusuhinya, tanpa Katrina tahu dimana letak kesalahannya. Tapi itu tidak menghentikan Katrina untuk semakin dekat dengan Mac.
Dan ternyata Skotlandia menyimpan misteri masa lalu yang tidak terduga. Tidak hanya indah, ada rahasia tersembunyi tentang Katrina di negara itu, juga tentang cerita cinta berlapis kota legenda!
Review
Yay Skotlandia, tempat kelahiran bias aku, Kakak Lauren Mayberry yang sangat lucu dan menggemaskan.
Jadi, harusnya saya suka dong dengan cerita berlatar Skotlandia.
Humm... Enggak juga.
Pertama-tama, hal yang saya suka sebenarnya konsep yang digunakan menurut saya sangat menarik dan unik, berbeda dari sejumlah buku young adult yang pernah saya baca. Memadukan antara cerita rakyat lokal dengan latar modern semacam ini mengingatkan saya dengan Avalon High bikinan Meg Cabot. Permasalahannya adalah:
1. Dengan ide yang menarik ini, saya ngerasa buku ini jadi begitu penuh sesak karena subplot-nya cukup lumayan banyak. Hasilnya, saya ngerasa buku ini kurang puas. Plot utamanya sendiri jadi kabur--saya sendiri malah enggak dapat plot utamanya yang mana. Apakah soal Katrina yang belum move on, ataukah drama keluarga, ataukah cerita masa lalu neneknya? Saya kurang puas sebetulnya.
2. Back story-nya, terutama antara Katrina dengan Aiden, menurut saya sendiri terlalu kepanjangan, terlebih lagi saya enggak dapet maksudnya penggambaran ceritanya buat apa. Saya ngerti mungkin buat menceritakan awal pertemuan Aiden dan Katrina, serta bagaimana hubungan mereka berakhir. Tapi, satu bab juga sudah cukup kalau menurut saya.
3.Spoiler soal masa lalu nenek Katrina, you have been warned yha.
Berbeda dengan Avalon High--yang emang beneran ngambil cerita rakyat beneran--Brigadoon ini beneran fiksi. Maksud saya beneran bukan cerita rakyat asli Skotlandia. Setau saya, cerita rakyat desa yang muncul setiap seratus tahun sekali ini cerita rakyat asli Jerman. Brigadoon--yang merupakan judul dari drama musikal--diadaptasi dari cerita rakyat asli Jerman. Begitu. Tapi enggak pa-pa, saya juga masih suka.
Gaya berceritanya lancar dan seru, saya suka. Karakter-karakternya sangat menyenangkan, termasuk Istas, walaupun dia lumayan agak menyebalkan. Deskripsi Skotlandia-nya sudah terasa.
Cuman kenapa saya kasih dua bintang, karena saya ngerasa ceritanya agak keju dan sinetroniyah, terutama di bagian akhir. Bukan tipe cerita kesukaan saya, sih, terlebih lagi kalau mau saya bandingin dengan premis cerita young adult lainnya, saya ngerasa konflik utama dari buku ini nyaris mirip dengan konflik cerita di teenlit. Hanya saja karakternya berumur 21 tahun.
Secara keseluruhan, ini bukan buku yang buruk, cuman bukan cangkir teh saya saja. Sukses terus buat Mbak Fakhrisina.
Jadi, harusnya saya suka dong dengan cerita berlatar Skotlandia.
Humm... Enggak juga.
Pertama-tama, hal yang saya suka sebenarnya konsep yang digunakan menurut saya sangat menarik dan unik, berbeda dari sejumlah buku young adult yang pernah saya baca. Memadukan antara cerita rakyat lokal dengan latar modern semacam ini mengingatkan saya dengan Avalon High bikinan Meg Cabot. Permasalahannya adalah:
1. Dengan ide yang menarik ini, saya ngerasa buku ini jadi begitu penuh sesak karena subplot-nya cukup lumayan banyak. Hasilnya, saya ngerasa buku ini kurang puas. Plot utamanya sendiri jadi kabur--saya sendiri malah enggak dapat plot utamanya yang mana. Apakah soal Katrina yang belum move on, ataukah drama keluarga, ataukah cerita masa lalu neneknya? Saya kurang puas sebetulnya.
2. Back story-nya, terutama antara Katrina dengan Aiden, menurut saya sendiri terlalu kepanjangan, terlebih lagi saya enggak dapet maksudnya penggambaran ceritanya buat apa. Saya ngerti mungkin buat menceritakan awal pertemuan Aiden dan Katrina, serta bagaimana hubungan mereka berakhir. Tapi, satu bab juga sudah cukup kalau menurut saya.
3.Spoiler soal masa lalu nenek Katrina, you have been warned yha.
Berbeda dengan Avalon High--yang emang beneran ngambil cerita rakyat beneran--Brigadoon ini beneran fiksi. Maksud saya beneran bukan cerita rakyat asli Skotlandia. Setau saya, cerita rakyat desa yang muncul setiap seratus tahun sekali ini cerita rakyat asli Jerman. Brigadoon--yang merupakan judul dari drama musikal--diadaptasi dari cerita rakyat asli Jerman. Begitu. Tapi enggak pa-pa, saya juga masih suka.
Gaya berceritanya lancar dan seru, saya suka. Karakter-karakternya sangat menyenangkan, termasuk Istas, walaupun dia lumayan agak menyebalkan. Deskripsi Skotlandia-nya sudah terasa.
Cuman kenapa saya kasih dua bintang, karena saya ngerasa ceritanya agak keju dan sinetroniyah, terutama di bagian akhir. Bukan tipe cerita kesukaan saya, sih, terlebih lagi kalau mau saya bandingin dengan premis cerita young adult lainnya, saya ngerasa konflik utama dari buku ini nyaris mirip dengan konflik cerita di teenlit. Hanya saja karakternya berumur 21 tahun.
Secara keseluruhan, ini bukan buku yang buruk, cuman bukan cangkir teh saya saja. Sukses terus buat Mbak Fakhrisina.
2 komentar
Write komentarLagj blog-walking nih! Makasih postnya di blog yaa :)
Replywaaah halooo...
Replymaaf banget kalo blog-nya sepi banget :( makasih banyak sudah sudi mampir :D
EmoticonEmoticon