Judul: Sweet Home
Penulis: Adeliany Azfar
Penerbit: Haru
Tebal: 360 halaman
Rating: 6.1
Well, ada apa dengan novel young adult lokal berlatar luar negeri yang karakter utamanya masih memiliki kaitannya dengan Indonesia? Seperti, Ocean Breeze, yang karakter utamanya benar-benar memiliki cita rasa yang sangat lokal. There's nothing wrong about that, though. Instead, I will be such a sanctimonious little prick if I keep complaining about that kind of character when I still make the same exact character myself. Namun, harus saya akui, saya lumayan senang dengan perkembangan novelyoung adult yang mengambil latar di luar negeri seperti ini. Pertama, karena saya sendiri suka membuat cerita yang serupa so I need some kind of defense to defend myself. Kedua, karena konflik remaja di luar negeri seharusnya, well, lebih ekstrem daripada konflik yang terjadi di (buku) remaja lokal. With that being said, Sweet Home has set my expectation bar really high.
Membaca Sweet Home ini terasa seperti menikmati kue chocolate lava. Sang patisserie sudah menyiapkan bahan-bahan premium, mengikuti langkah demi langkah pada resep dengan teliti, membuat adonan yang sempurna, dan memanggangnya dengan suhu yang tepat. Ketika matang, kue chocolate lava yang dibuat sudah terasa enak, tetapi ternyata tidak ada cokelat yang meleleh di dalamnya. Sweet Home terasa seperti itu. Sang penulis sudah menyiapkan bahan-bahan premium, seperti latar cerita yang luar biasa mengagumkan, karakter-karakter yang menyenangkan (meskipun beberapa masih terasa stereotipikal. Yes, Andrea, I'm looking at you, build-up yang sangat bagus, serta konsep cerita yang sangat menarik. Namun, saya merasa Sweet Home ini hampa. Dengan build up dan bahan-bahan yang premium ini, saya merasa sayang sekali kalau Sweet Home ini hanya dihabiskan untuk konflik remaja sinetroniyah. Saya sesungguhnya mengharapkan ada subplot atau subkonflik yang membuat buku ini terasa lebih berisi. Lagi pula, masih ada banyak potensi yang bisa digunakan. Karakter Aaron, kakak Tyler, misalnya, cukup mendapat porsi yang banyak di awal cerita, tetapi dia malah invisible di akhir cerita, padahal dia bisa dijadikan subkonflik. Ternyata Aaron gay, misalnya, dan Sweet Home juga menceritakan perjuangannya untuk come out sehingga ini jadi cerita drama keluarga yang manis. Afterall, judul buku ini Sweet Home. Subplot yang ditanamkan di sini sebenarnya bisa digunakan juga, tetapi sayang kurang dieksekusi dengan baik.
Meski demikian, saya sangat kagum dengan latar yang digunakan. I'm sorry if I sound so pretentious, but it's really hard to impress me. Pemilihan latar Sweet Home dan festival Jamboree Oregon benar-benar mengunci mulut saya yang biasanya rewel sekali soal latar luar negeri. Riset yang dilakukan sudah sangat baik meskipun penulisan di beberapa bagian--terutama bagian awal--masih terasa sedikit kaku. Tapi tetap saja saya kagum. Selain itu, kekuatan utama buku ini ada di karakternya yang unik dan menyenangkan. Karakter favorit saya ayah Emily. Wkwk. Meski Emily sendiri juga anaknya doyan drama, tetapi menyenangkan sekali menyelami pikirannya. Tyler juga mendobrak pakem hero cool tsundere. Tyler, meskipun sedikit tsundere, terasa sangat segar.
Well, Sweet Home memiliki potensial yang sangat besar dan sayang sekali hanya dihabiskan untuk konflik percintaan remaja. Tetapi karena ini digunakan untuk kompetisi menulis 1000 Hari Cinta (koreksi saya kalau saya salah), saya bisa memaklumi kalau konfliknya lebih fokus ke percintaan.
Since I am being a jerk, nope, there's no trig in Sweet Home High School. Of course, there is Geometry 1--which also studies trig--but that's not the name of the course. Some little complaints here and there, but nope, I'm not going that path. Still, making a story--based on a real place--as real as possible is a tough job, so kudos to Adeliany and the editor.
<3
Membaca Sweet Home ini terasa seperti menikmati kue chocolate lava. Sang patisserie sudah menyiapkan bahan-bahan premium, mengikuti langkah demi langkah pada resep dengan teliti, membuat adonan yang sempurna, dan memanggangnya dengan suhu yang tepat. Ketika matang, kue chocolate lava yang dibuat sudah terasa enak, tetapi ternyata tidak ada cokelat yang meleleh di dalamnya. Sweet Home terasa seperti itu. Sang penulis sudah menyiapkan bahan-bahan premium, seperti latar cerita yang luar biasa mengagumkan, karakter-karakter yang menyenangkan (meskipun beberapa masih terasa stereotipikal. Yes, Andrea, I'm looking at you, build-up yang sangat bagus, serta konsep cerita yang sangat menarik. Namun, saya merasa Sweet Home ini hampa. Dengan build up dan bahan-bahan yang premium ini, saya merasa sayang sekali kalau Sweet Home ini hanya dihabiskan untuk konflik remaja sinetroniyah. Saya sesungguhnya mengharapkan ada subplot atau subkonflik yang membuat buku ini terasa lebih berisi. Lagi pula, masih ada banyak potensi yang bisa digunakan. Karakter Aaron, kakak Tyler, misalnya, cukup mendapat porsi yang banyak di awal cerita, tetapi dia malah invisible di akhir cerita, padahal dia bisa dijadikan subkonflik. Ternyata Aaron gay, misalnya, dan Sweet Home juga menceritakan perjuangannya untuk come out sehingga ini jadi cerita drama keluarga yang manis. Afterall, judul buku ini Sweet Home. Subplot yang ditanamkan di sini sebenarnya bisa digunakan juga, tetapi sayang kurang dieksekusi dengan baik.
Meski demikian, saya sangat kagum dengan latar yang digunakan. I'm sorry if I sound so pretentious, but it's really hard to impress me. Pemilihan latar Sweet Home dan festival Jamboree Oregon benar-benar mengunci mulut saya yang biasanya rewel sekali soal latar luar negeri. Riset yang dilakukan sudah sangat baik meskipun penulisan di beberapa bagian--terutama bagian awal--masih terasa sedikit kaku. Tapi tetap saja saya kagum. Selain itu, kekuatan utama buku ini ada di karakternya yang unik dan menyenangkan. Karakter favorit saya ayah Emily. Wkwk. Meski Emily sendiri juga anaknya doyan drama, tetapi menyenangkan sekali menyelami pikirannya. Tyler juga mendobrak pakem hero cool tsundere. Tyler, meskipun sedikit tsundere, terasa sangat segar.
Well, Sweet Home memiliki potensial yang sangat besar dan sayang sekali hanya dihabiskan untuk konflik percintaan remaja. Tetapi karena ini digunakan untuk kompetisi menulis 1000 Hari Cinta (koreksi saya kalau saya salah), saya bisa memaklumi kalau konfliknya lebih fokus ke percintaan.
Since I am being a jerk, nope, there's no trig in Sweet Home High School. Of course, there is Geometry 1--which also studies trig--but that's not the name of the course. Some little complaints here and there, but nope, I'm not going that path. Still, making a story--based on a real place--as real as possible is a tough job, so kudos to Adeliany and the editor.
<3
EmoticonEmoticon