Cristin Terrill
All Our Yesterdays
Gramedia Pustaka Utama
447 halaman
8.6 (Best Book)
Blurb
Em dipenjara di pangkalan militer rahasia, ditemani oleh suara seorang pemuda di sel sebelahnya dan lembaran instruksi cara melarikan diri yang ditemukannya di saluran air. Hanya Em yang bisa mencegah terciptanya mesin waktu yang akan menghancurkan dunia. Berkali-kali Em mencoba namun gagal. Kini tinggal satu cara yang belum dicobanya… membunuh sang doktor sadis pencipta mesin waktu.
Marina jatuh cinta pada James, sejak mereka kanak-kanak. James si genius tampan yang pemalu dan berasal dari keluarga terkenal tampaknya juga memiliki perasaan yang sama terhadap Marina. Hingga suatu malam, hidup James yang sempurna berubah jadi malapetaka, juga masa depannya bersama Marina. Dengan berbagai cara Marina bertekad melindungi James. Meskipun itu berarti kehilangan nyawanya sendiri.
Em dan Marina kini berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan dunia, dan hanya satu dari mereka yang akan selamat.
Marina jatuh cinta pada James, sejak mereka kanak-kanak. James si genius tampan yang pemalu dan berasal dari keluarga terkenal tampaknya juga memiliki perasaan yang sama terhadap Marina. Hingga suatu malam, hidup James yang sempurna berubah jadi malapetaka, juga masa depannya bersama Marina. Dengan berbagai cara Marina bertekad melindungi James. Meskipun itu berarti kehilangan nyawanya sendiri.
Em dan Marina kini berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan dunia, dan hanya satu dari mereka yang akan selamat.
Review
Menulis cerita penjelajah waktu itu sebenarnya pengalaman yang ngeri-ngeri sedap. Ngeri karena sang penulis dipaksa memutar otak yang lebih ekstra untuk menghindari kemungkinan terjadinya paradoks, memikirkan konsekuensi-konsekuensi apa saja yang mungkin terjadi. Mirip sekali dengan kisah alternate universe, yang memang secara matematis mungkin memang bisa terjadi. Kalau salah dalam menulis cerita penjelajah waktu, bisa-bisa pembaca terperangkap dalam paradoks waktu, membuat cerita yang dibaca menjadi tidak believable alias gagal.
All Our Yesterdays secara mengejutkan berhasil berkelit dari paradoks-paradoks tersebut dengan effortless. Penjelasan-penjelasan yang dilakukan sebenarnya cukup sederhana, dan ini seperti akal-akalan buat ngeles saja, tetapi Nyonyah Terrill ini ngelesnya cukup berbobot dan berkualitas, seperti ditunjukkan waktu ia berusaha mengeles soal grandfather's paradox. Beberapa penulis penjelajah waktu enggak berani menyentuh ranah ini dan menjelaskannya dari beberapa penjelajah waktu yang saya baca. Bahkan Harry Potter saja juga terkesan kabur dari ranah ini seperti dibuktikan bahwa orang-orang masa depan tidak boleh bertemu dengan orang masa kini.
Ini menarik karena menjadikan All Our Yesterdays semacam cerita fiksi ilmiah yang disederhanakan, tetapi tidak groundless dan tidak terlalu disederhanakan. Membaca All Our Yesterdays tidak memerlukan energi otak yang berlebihan untuk memahami konsepnya. Hal yang membingungkan justru terjadi ketika berusaha membedakan mana karakter yang masa kini dan masa depan.
Terrill menciptakan karakter-karakter yang menyenangkan. Protagonis dengancharacter development yang menyenangkan dan tidak menyebalkan, dan villain yang menawan dan sangat bisa dipercaya. Saya benar-benar suka dengan karakter villain-nya.
Jujur, saya sudah bisa menebak twist awal mengenai identitas-identitas karakternya hanya dari dua bab pertama, dan saya yakin Terrill memang sengaja menyajikan petunjuk sebesar itu di bagian awal dan ia tidak menyimpan kejutan hingga di akhir cerita. Karakter villain-nya juga sudah bisa ditebak hampir bersamaan ketika saya sudah tahu identitas karakternya, tetapi twist ini disimpan sedikit lebih lama.
Meski demikian, Terrill mengompensasinya dengan menyajikan cerita yang fast-paced, penuh dengan aksi dan misteri, membuat All Our Yesterdays menjadi satu cerita yangpage-turner, terutama di bagian akhir cerita ketika semua kebenaran dibeberkan.
Jadi, begitulah. All Our Yesterdays mungkin cerita penjelajah waktu remaja yang cukup seru dan salah satu yang terbaik yang pernah saya baca.
All Our Yesterdays secara mengejutkan berhasil berkelit dari paradoks-paradoks tersebut dengan effortless. Penjelasan-penjelasan yang dilakukan sebenarnya cukup sederhana, dan ini seperti akal-akalan buat ngeles saja, tetapi Nyonyah Terrill ini ngelesnya cukup berbobot dan berkualitas, seperti ditunjukkan waktu ia berusaha mengeles soal grandfather's paradox. Beberapa penulis penjelajah waktu enggak berani menyentuh ranah ini dan menjelaskannya dari beberapa penjelajah waktu yang saya baca. Bahkan Harry Potter saja juga terkesan kabur dari ranah ini seperti dibuktikan bahwa orang-orang masa depan tidak boleh bertemu dengan orang masa kini.
Ini menarik karena menjadikan All Our Yesterdays semacam cerita fiksi ilmiah yang disederhanakan, tetapi tidak groundless dan tidak terlalu disederhanakan. Membaca All Our Yesterdays tidak memerlukan energi otak yang berlebihan untuk memahami konsepnya. Hal yang membingungkan justru terjadi ketika berusaha membedakan mana karakter yang masa kini dan masa depan.
Terrill menciptakan karakter-karakter yang menyenangkan. Protagonis dengancharacter development yang menyenangkan dan tidak menyebalkan, dan villain yang menawan dan sangat bisa dipercaya. Saya benar-benar suka dengan karakter villain-nya.
Jujur, saya sudah bisa menebak twist awal mengenai identitas-identitas karakternya hanya dari dua bab pertama, dan saya yakin Terrill memang sengaja menyajikan petunjuk sebesar itu di bagian awal dan ia tidak menyimpan kejutan hingga di akhir cerita. Karakter villain-nya juga sudah bisa ditebak hampir bersamaan ketika saya sudah tahu identitas karakternya, tetapi twist ini disimpan sedikit lebih lama.
Meski demikian, Terrill mengompensasinya dengan menyajikan cerita yang fast-paced, penuh dengan aksi dan misteri, membuat All Our Yesterdays menjadi satu cerita yangpage-turner, terutama di bagian akhir cerita ketika semua kebenaran dibeberkan.
Jadi, begitulah. All Our Yesterdays mungkin cerita penjelajah waktu remaja yang cukup seru dan salah satu yang terbaik yang pernah saya baca.
1 komentar:
Write komentarTes
ReplyEmoticonEmoticon